menulis itu mengasyikkan

Tuesday, November 24, 2009

Terinspirasi Kematian Ayah

Are you looking for some inside information on tech? Here's an up-to-date report from tech experts who should know.
LOS ANGELES - Penyanyi disko-pop Lady Gaga tercatat mulai naik daun dan jadi perhatian dunia sejak tahun 2008 lalu. Oleh sebagian orang, artis yang disebut-sebut sebagai Ratu Disko baru ini, bisa jadi dianggap hanya bakal menjadi sosok 'numpang lewat', dalam ketatnya persaingan industri musik dunia. Namun, sebagaimana dirilis MTV.com, Rabu (25/11) dinihari WIB, untuk urusan dedikasi yang kuat terhadap seni yang digelutinya, Gaga sudah menunjukkan keseriusannya tanpa main-main. Simaklah saja misalnya bagaimana penampilan Gaga di dua ajang penting dunia musik yang baru saja kelar digelar, Video Musik Awards dan American Music Awards.

Kepada MTV pula, Gaga lantas bercerita soal inspirasinya dalam menulis lagu, termasuk untuk tembang-tembang terbaru di album keduanya, "The Fame Monster" (Monster Ketenaran). Penyanyi nyentrik ini mengaku, ia banyak menyalurkan 'setan-setan ketakutan' dalam hidupnya ke dalam lagu-lagu tersebut.

Most of this information comes straight from the tech pros. Careful reading to the end virtually guarantees that you'll know what they know.

"Aku (sebenarnya) tak pernah benar-benar memutuskan terlebih dahulu mau menulis (lagu) apa. Aku hanya merasakan tiba-tiba desakan untuk menulis, tentang apa yang sedang kualami dan rasakan saat itu, termasuk segala monster dan ketakutanku," jelasnya. "Aku sudah sangat ambisius dan suka bermimpi sejak lama, sehingga aku biasanya tak merasakan banyak hal," katanya pula.

Ketakutan dan monster dalam hidupnya yang disebutkan Gaga-lah, yang antara lain mendorongnya membuat lagu Speechless. Sebuah lagu tentang ketakutannya akan kematian, atau tepatnya lagi: kematian ayahnya. "Ibuku tiba-tiba menelepon dan aku merasa sangat terguncang. Aku (saat itu) sedang menjalani tur dan tak bisa meninggalkannya. Maka aku pergi ke studio, dan menulis lagu ini, Speechless, yang isinya adalah tentang segala kontak telepon itu," tuturnya.

"Ayahku biasanya meneleponku setelah dia selesai minum-minum, dan aku biasanya tak tahu apa yang akan kukatakan. Aku speechless (tak bisa berkata-kata), dan aku hanya takut akan kehilangan dia (ayah) sementara aku tak berada di sana," katanya.

"Saat aku akhirnya berada di jalurku (dunia pertunjukan), saat kau (merasa) begitu rapuh bersama penontonmu setiap malam ... Bagiku, menjadi seorang artis adalah menjalani kesendirian di tengah publik," katanya. Jadi, aku menjadi diriku sendiri di depan publik setiap malam, dan semua monster dan ketakutanku keluar dari diriku dan aku pun kemudian mulai menulis lagu," Gaga menambahkan. (ito/JPNN)

This article's coverage of the information is as complete as it can be today. But you should always leave open the possibility that future research could uncover new facts.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home